GMNI Kabupaten Sorong: Polres Aimas Lamban Tangani Kasus Kekerasan Mahasiswa, Diduga Ada Provokasi Oknum Dosen Unimuda

Sorong, 26 Juli 2025 — Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kabupaten Sorong melayangkan protes keras terhadap Polres Sorong (Aimas) atas lambannya penanganan kasus pengeroyokan yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Pendidikan Muhammadiyah (Unimuda) Sorong. Insiden tersebut menimpa sejumlah aktivis mahasiswa, salah satunya kader aktif GMNI.

Sekretaris GMNI Kabupaten Sorong, Sukandi Loklomin, mengecam sikap aparat yang dinilai tidak responsif dan menutup-nutupi perkembangan kasus, meskipun insiden kekerasan itu telah menimbulkan keresahan luas di kalangan mahasiswa.

“Sudah berminggu-minggu sejak peristiwa ini terjadi, namun sampai hari ini kami belum melihat tindakan tegas ataupun kejelasan proses hukum dari Polres. Ini jelas mencederai keadilan dan rasa aman mahasiswa,” ujar Sukandi.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa GMNI menemukan adanya dugaan provokasi dari seorang oknum dosen Unimuda Sorong yang menjadi pemantik eskalasi konflik antar mahasiswa.

“Kami mencium adanya keterlibatan oknum dosen yang justru menyulut konflik. Kalau ini benar, maka persoalan ini tak lagi sekadar kekerasan biasa, tapi sudah masuk ranah tanggung jawab institusi pendidikan dan penegakan hukum,” tegasnya.

Sukandi menegaskan, pembiaran oleh aparat hanya akan memperkuat budaya impunitas dan menjadikan kampus sebagai tempat yang tidak aman bagi kebebasan akademik.

“Kalau aparat terus diam, ini akan menjadi preseden buruk. Kekerasan akan dianggap biasa, dan pelakunya tak tersentuh hukum. Ini sangat berbahaya bagi masa depan pendidikan dan demokrasi kita,” lanjutnya.

GMNI Kabupaten Sorong menuntut agar penyelidikan dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya kepada pelaku langsung, tapi juga terhadap pihak-pihak yang memberi komando atau memprovokasi.

“Kami ingin pelaku intelektualnya juga diseret ke ranah hukum. Jangan berhenti di mahasiswa pelaku. Harus tuntas!”

GMNI pun memberikan ultimatum bahwa apabila dalam waktu dekat tidak ada langkah konkret dari aparat, mereka siap melakukan aksi turun ke jalan.

“Jangan salahkan kami kalau akhirnya mahasiswa turun dalam gelombang massa. Kami ingin keadilan ditegakkan, bukan ditunda-tunda.”

Terakhir, GMNI juga meminta Rektor dan sivitas akademika Unimuda Sorong untuk tidak tinggal diam.

“Rektorat dan dosen harus bersikap. Jangan biarkan kampus jadi tempat lahirnya kekerasan. Ini tanggung jawab moral dan etik semua pihak.”

Baca Juga