(foto bersama usai UKW )
UKW perdana PJS–UPN Veteran Yogyakarta di Medan menjadi gerbang baru bagi wartawan daerah menuju standar nasional.
Medan, Metro Online – Pagi itu, aula sederhana di salah satu hotel di pusat Kota Medan terasa lebih tegang dari biasanya. Puluhan wartawan dari berbagai media duduk berhadap-hadapan, sebagian sibuk merapikan berkas, sebagian lagi memeriksa ulang hasil liputan yang akan menjadi bahan uji. Tak ada suara tawa lepas, hanya desau pendingin ruangan dan bisik-bisik kecil antarpeserta menanti giliran.
Mereka bukan sedang menulis berita dadakan, melainkan diuji menulis berita.
Selama dua hari, Jumat–Sabtu (17–18 Oktober 2025), Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta melalui Lembaga Uji Kompetensi Wartawan (LUKW) menggelar Uji Kompetensi Wartawan (UKW) di Medan. Kegiatan ini menjadi yang pertama dalam rangkaian agenda nasional yang digagas Pro Jurnalismedia Siber (PJS) pasca Musyawarah Nasional II di Yogyakarta, Juli lalu.
“Ini bukan sekadar ujian,” kata Dr. Agung Prabowo, Ketua Jurusan Fikom UPN Veteran Yogyakarta memimpin langsung jalannya UKW. “Ini adalah cermin profesionalitas seorang wartawan.”
Agung datang bersama dua penguji lain Dr. Susilastuti Dwi Nugraha Jati dan Saibansah Dardani, S.Ag. Mereka bertiga menilai para peserta dari sisi teknis, regulasi, hingga etika profesi.
Sebelum ujian dimulai, peserta digembleng lewat sesi pra-UKW yang dipandu Mahmud Marhaba, penguji senior yang dikenal dengan pendekatan lapangan dan penekanannya pada prinsip etika. “Kami tidak mencari siapa yang pintar menulis, tapi siapa yang benar menulis,” ujarnya menekankan.
Bagi sebagian wartawan daerah, UKW bukan hal baru, tapi tetap jadi momok. Di era banjir informasi dan maraknya media daring tanpa redaksi yang jelas, uji kompetensi menjadi semacam pagar moral membedakan jurnalis sejati dari sekadar penulis konten.
“Profesi wartawan harus diisi orang yang memahami undang-undang dan kode etik jurnalistik, bukan yang sekadar bisa mengetik cepat,” kata Agung di sela-sela sesi ujian.
Di ruang lain, Sofyan Siahaan, Ketua DPD PJS Sumatera Utara, tampak berkeliling memantau peserta. Baginya, UKW ini adalah momentum penting untuk membangun ulang kepercayaan publik terhadap wartawan daerah.
“Kami ingin wartawan di Sumut berintegritas dan kompeten. Legalitas bukan hanya simbol, tapi tanggung jawab,” katanya, diamini Sekretaris DPD PJS Sumut, Erwin Sinulingga.
Dari 18 peserta yang terdaftar, tiga terpaksa mundur karena alasan kesehatan. Hasil akhir mencatat empat peserta belum kompeten. “Tidak apa-apa. Profesional sejati tidak diukur dari lulus pertama kali, tapi dari kemauan memperbaiki diri,” tutur Saibansah Dardani menutup kegiatan, diiringi tepuk tangan hangat dari para peserta lega telah melewati dua hari penuh tekanan.
UKW Medan hanyalah awal dari perjalanan panjang. Menurut Mahmud Marhaba, delapan kota akan menjadi tuan rumah berikutnya, Ambon, Gorontalo, Bombana, Palembang, Tojo Una-Una, Batang, hingga Pekanbaru.
“Setiap kota punya semangat sendiri, tapi tujuan kami satu meneguhkan profesionalisme,” ujarnya.
Program ini dirancang sebagai gerakan simultan antara organisasi wartawan dan lembaga akademik. Sinergi diharapkan mampu menambal kesenjangan antara praktik jurnalistik di lapangan dan teori diajarkan di kampus.
Di akhir acara, setelah sertifikat dibagikan, suasana kembali cair. Beberapa peserta tampak berfoto bersama para penguji. Ada tawa lega, tapi juga sorot mata serius seolah mengisyaratkan kesadaran baru tentang makna profesi mereka.
Bagi sebagian wartawan, mungkin ini hanya selembar kertas kompetensi. Tapi bagi mereka benar-benar memahami maknanya, UKW adalah semacam ritual kedewasaan, sebuah pernyataan bahwa menjadi wartawan bukan sekadar pekerjaan, tapi panggilan untuk menjaga akal sehat publik.
Uji Kompetensi Wartawan (UKW) merupakan program resmi Dewan Pers sebagai tolok ukur profesionalisme wartawan di Indonesia. Hingga kini, lebih dari 15 ribu wartawan telah mengikuti UKW di berbagai lembaga uji diakreditasi.(Roy)
telah dibaca :
53


