(Wamen ATR/BPN Ossy Dermawan memberikan pembekalan terhadap 2 ribu Tim Ekpsedisi Patriot.)
Jakarta, Metro Online – Di aula megah Balai Kartini, Jakarta, ribuan wajah muda tampak penuh semangat. Sebanyak 2.000 akademisi dari berbagai perguruan tinggi bersiap dilepas menuju pelosok negeri. Mereka bukan sekadar tim riset, melainkan bagian dari “Ekspedisi Patriot Transmigrasi” sebuah misi untuk membaca denyut kehidupan baru di 154 kawasan transmigrasi.
Di hadapan mereka, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Ossy Dermawan, menyampaikan pesan yang terasa sederhana, namun sesungguhnya mendasar: tanah adalah modal hidup.
“Transmigrasi tidak akan berjalan tanpa kepastian hukum atas tanah. Sertipikasi tanah adalah jaminan agar setiap keluarga transmigran punya pegangan untuk membangun masa depan,” ucapnya mantap.
Bagi para transmigran, selembar sertipikat tanah bukan sekadar dokumen legal. Itu adalah simbol kepastian, modal usaha, bahkan harga diri. Dari sanalah rumah akan berdiri, sawah akan digarap, dan anak-anak bisa tumbuh dengan keyakinan bahwa tanah itu milik mereka, bukan pinjaman.
Namun, ATR/BPN tidak berhenti pada sebatas sertipikat. Reforma agraria menjadi kunci lanjutan. “Setelah tanah dimiliki, transmigran harus punya akses ke modal, pasar, hingga teknologi. Dengan begitu, tanah yang mereka kelola bisa produktif dan berkelanjutan,” jelas Ossy.
Harapan itu sejalan dengan visi pembangunan kawasan transmigrasi yang kini tak lagi dipandang sebatas program pemindahan penduduk, melainkan strategi pembangunan ekonomi baru di wilayah perbatasan dan daerah tertinggal.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, hadir dalam pelepasan tim ekspedisi, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas kementerian. Bersama Menteri Transmigrasi M. Iftitah Sulaiman dan Wamen ATR/BPN, ia melepas para peserta dengan penuh simbol harapan.
Ekspedisi ini akan menjadi mata dan telinga negara di lapangan memetakan potensi ekonomi, membaca peluang usaha, dan menyusun strategi agar transmigrasi benar-benar menjadi pintu kesejahteraan.
Di balik seremoni itu, ada pesan besar yang ingin ditegaskan transmigrasi bukan hanya soal perpindahan orang, tetapi tentang menghadirkan masa depan yang adil di tanah baru. Dan di sanalah peran ATR/BPN menjadi penopang: memastikan setiap langkah diawali dengan kepastian tanah, lalu membuka akses agar tanah itu tumbuh menjadi sumber penghidupan.
Selembar sertipikat mungkin tampak sederhana, namun bagi seorang transmigran, itu adalah tiket untuk bermimpi lebih jauh.(JT)
telah dibaca :
36