Setetes Harapan di Tengah Kemarau, Kepedulian Polres Natuna di Desa Binjai

(Suasana Polres Natuna saat menyalurkan air bersih)

 

Natuna, Metro Online – Tanah retak, sumur mengering, dan langit biru tanpa awan jadi pemandangan harian di Desa Binjai, Kecamatan Bunguran Barat. Musim kemarau berkepanjangan membawa dampak terhadap krisis air bersih melanda, memaksa warga untuk bertahan hidup dalam keterbatasan.

Namun, pagi itu sangat berbeda. Deru kendaraan tangki air memecah keheningan desa. Di tengah krisis, hadir secercah harapan. 8.000 liter air bersih digelontorkan oleh Kapolres Natuna AKBP Novyan Aries Effendie, SH., S.I.K., M.M., M.Tr.Opsla bersama jajarannya dan Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna. Air itu bukan hanya untuk diminum atau mencuci, tetapi membawa pesan bahwa warga Binjai tidak sendiri.

Distribusi air bersih ini menyasar masyarakat sekitar Pelabuhan Binjai dan Pondok Pesantren Madinatunnajah Binjai. Ratusan jeriken dan ember tampak berjejer di halaman rumah. Anak-anak dan orang tua menyambut kedatangan air seolah menyambut tamu lama yang sangat dirindukan.

“Kami sangat bersyukur,” ujar seorang warga. “Air bersih ini sangat berarti bagi kami. Semoga bantuan seperti ini terus ada hingga hujan kembali turun.”

Turut hadir dalam kegiatan ini, Plh. Kasatbinmas Polres Natuna AKP Sutrisno, S.E., Kasat Samapta Iptu Ekky Sunanto, serta jajaran Sat Samapta dan Sat Binmas. Mereka turun langsung, memantau dan membantu pendistribusian agar berjalan lancar dan merata. Kehadiran mereka tak hanya membawa logistik, tetapi juga membawa rasa aman dan kekuatan moral bagi warga sedang diuji alam.

Bagi Polres Natuna, ini lebih dari sekadar tugas. Ini adalah bentuk nyata dari peran Polri sebagai pelindung, pengayom, dan sahabat masyarakat. Di tengah krisis, mereka membuktikan bahwa empati dan aksi nyata jauh lebih kuat daripada sekadar slogan.

“Setetes air di tengah kemarau,” ujar Kapolres Novyan,Rabu,20/08/2025, “semoga menumbuhkan rasa persaudaraan dan keyakinan bahwa kebersamaan adalah kekuatan terbesar dalam menghadapi setiap tantangan kehidupan.”

Ketika langit belum juga menurunkan hujan, kehadiran air bersih dari tangan-tangan peduli ini menjadi anugerah tak ternilai. Di tengah kemarau, setiap tetes air adalah harapan dan hari itu, harapan itu datang bersama warna berseragam cokelat tua.(Roy)



telah dibaca :
75